MAKALAH
ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN
“LUAS
DAUN”
Disusun Oleh :
Ismul Azan (2011411026)
Saiful Anwar (2011411057)
Siti Mastika Dewi (2011311060)
Yasa Putri (2011411070)
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG
2017
I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Daun merupakan organ fotosintesis utama didalam tanaman
tempat proses pengolahan energicahaya menjadi energi kimia dan karbohidrat.
Oleh karena itu, perkembangan daun sebagai parameter utama dalam analisis
pertumbuhan tanaman.Salah satu variabel pertumbuhan tanaman yang penting adalah
luas daun. Ukuranluas daun umumnya mencerminkan tingkat kesuburan tanaman (Fahn.A. l992).
Suatu
aspek yang sangat penting dalam proses pertumbuhan tanaman dalam penyediaan
substrat. Substrat yang digunakan untuk membentuk bahan baru tanaman yang
sebagian besar adalah karbohidrat, diperoleh dari proses fotosintesis pada
organ yaitu daun. Luas daun merupakan variabel penting dalam pengamatan
pertumbuhan tanaman. Perbedaanukuran helaian daun antar tanaman karena adanya
perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dipengaruhi oleh
perbedaan lingkungan tumbuh. Parameter luas daun digunakan untuk menduga kandungan
total klorofil tanaman bersama dengan parameter jumlah daun dan kadar klorofil.
Ada dua pendekatan pengamatan luas daun yaitu bersifat destruktif dan non
destruktif ( Susilo H 2008).
Pertumbuhan
daun lebih mudah daripada akar dan makin luas pertumbuhan daun akan
meningkatkan produksi fotosintesis daun. Morimoto dan Hasyimoto (1998)
melakukan pengukuran daun, dan menggunakan rasio panjang daun dengan diameter
batang sebagai indikator peramalan fase reproduktif. Pengukuran luas daun tidak
efektif untuk memprediksi fase pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan tidak
semua daun pada tanaman berfotosintesis secara maksimal karena ada yang tidak
terkena sinar matahari (Sitompul,S. dan M.
B.Guritno l995).
Tanaman
yang tumbuh pada lingkungan berintensitas cahaya rendah memiliki akar yang
lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding tipis. Hal
ini terjadi akibat terhambatnyatranslokasi hasil fotosintesis dari akar. Ruas
batang tanaman lebih panjang tersusun dari sel-sel berdinding tipis, ruang
antar sel lebih besar, jaringan pengangkut dan penguat lebuh sedikit. Daun
berukuran lebih besar, lebih tipis dan ukuran stomata lebih besar, sel
epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit, ruang antar sel lebih banyak
(Fahn. A.
l992).
RESUME
Hubungan Sifat Morfofisiologis Tanaman dengan Hasil
Kedelai
Karakter
morfofisiologis tanaman, termasuk ketebalan daun dan laju pertumbuhan tanaman,
merupakan karakteristiktanaman yang diperkirakan mempengaruhi tingkat
produktivitas karena dapat mempengaruhi kecepatan proses fotosintesis.Laju
pengisian biji yang tinggi dan berlangsung relatif lama akan menghasilkan bobot
biji yang tinggi selama biji sebagai sink dapat menampung hasil
asimilat. Sebaliknya, bila sink cukup banyak tetapi hasil asimilat
rendah mengakibatkankehampaan biji. Keterbatasan source sering terjadi
pada periode pengisian biji kedelai, tetapi keterbatasan sink terjadi
dalam kondisi tanpa cekaman (Egli 1999).
Hasil Penelitian
Luas
spesifik daun (SLA) adalah perbandingan luas daun dengan berat daun yang
apabila semakin besar nilainya mengindikasikan daun semakin tipis. Hasil
analisis data SLA menunjukkan adanya perbedaan antarvarietas (Tabel 1).
Varietas yang menghasilkan bobot biji
kedelai relatif tinggi adalah Tanggamus, Kipas Putih, Cikuray, dan Slamet.
Empat varietas tersebut memiliki SLA 178,1-259,1 cm2/g. Daun paling tebal
dimiliki oleh varietas Cikuray dengan SLA 178,1 cm2/g dan yang paling tipis
dimiliki varietas Burangrang dengan SLA 260,5 cm2/g.
LMR merupakan indikator kapasitas source
untuk menghasilkan fotosintat dari tanaman. Varietas Tanggamus yang
menghasilkan biji relatif tinggi memiliki LMR yang nyata lebih rendah daripada
varietas Cikuray dan Burangrang. Namun bobot biji varietas Burangrang nyata
lebih rendah daripada varietas Tanggamus, tetapi tidak berbeda nyata dengan
varietas Cikuray. Varietas Galunggung yang menghasilkan bobot biji relatif
rendah juga memiliki LMR yang tidak berbeda nyata dengan varietas Tanggamus.
LAR merupakan indikator besarnya rasio
kapasitas source dengan total hasil fotosintat. Varietas Burangrang
memiliki LAR tinggi (106,7 cm2/g) dan berbeda nyata dengan semua varietas yang
diuji, kecuali Galunggun dan Galur I.18.LAR merupakan rasio luas daun dengan
bobot tanaman yang memiliki korelasi negatif nyata dengan bobot biji. Hal ini
mengindikasikan makin luas daun makin rendah bobot biji.
Hal ini menunjukkan bahwa makin lama
umur panen cenderung makin banyak total hasil fotosintat yang dialokasikan ke
dalam biji kedelai. Ketebalan daun juga mempengaruhi hasil fotosintattanaman.
SLA sebagai indikator ketebalan daun menunjukkan semakin tebal daun cenderung
menghasilkan biji semakin banyak (Aggarwal 1995). Namun data menunjukkan adanya
korelasi positif yang sangat lemah antara SLA dengan bobot biji. Hal ini sama dengan
yang diperoleh Morrison et al. (1999) yang meneliti kedelai varietas
berumur genjah.
DAFTAR PUSTAKA
Sitompul,S.M. dan B.Guritno . 1995. Analisis Pertumbuhan
Tanaman. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.
Fahn.
A. l992 Anatomi Tumbuhan. .Jakarta : PT Gramedia.
Susilo H. 2008.
Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : universitas Indonesia Press.