Jumat, 29 September 2017

Makalah Luas Daun

MAKALAH ANALISIS PERTUMBUHAN TANAMAN
“LUAS DAUN”



           









                             Disusun Oleh :


            Ismul Azan                 (2011411026)
            Saiful Anwar             (2011411057)
            Siti Mastika Dewi      (2011311060)
            Yasa Putri                  (2011411070)





JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG
2017

I.                   PENDAHULUAN


1.1        Latar Belakang
Daun merupakan organ fotosintesis utama didalam tanaman tempat proses pengolahan energicahaya menjadi energi kimia dan karbohidrat. Oleh karena itu, perkembangan daun sebagai parameter utama dalam analisis pertumbuhan tanaman.Salah satu variabel pertumbuhan tanaman yang penting adalah luas daun. Ukuranluas daun umumnya mencerminkan tingkat kesuburan tanaman (Fahn.A.  l992).
Suatu aspek yang sangat penting dalam proses pertumbuhan tanaman dalam penyediaan substrat. Substrat yang digunakan untuk membentuk bahan baru tanaman yang sebagian besar adalah karbohidrat, diperoleh dari proses fotosintesis pada organ yaitu daun. Luas daun merupakan variabel penting dalam pengamatan pertumbuhan tanaman. Perbedaanukuran helaian daun antar tanaman karena adanya perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dipengaruhi oleh perbedaan lingkungan tumbuh. Parameter luas daun digunakan untuk menduga kandungan total klorofil tanaman bersama dengan parameter jumlah daun dan kadar klorofil. Ada dua pendekatan pengamatan luas daun yaitu bersifat destruktif dan non destruktif ( Susilo H 2008).
Pertumbuhan daun lebih mudah daripada akar dan makin luas pertumbuhan daun akan meningkatkan produksi fotosintesis daun. Morimoto dan Hasyimoto (1998) melakukan pengukuran daun, dan menggunakan rasio panjang daun dengan diameter batang sebagai indikator peramalan fase reproduktif. Pengukuran luas daun tidak efektif untuk memprediksi fase pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan tidak semua daun pada tanaman berfotosintesis secara maksimal karena ada yang tidak terkena sinar matahari (Sitompul,S. dan M. B.Guritno l995).
Tanaman yang tumbuh pada lingkungan berintensitas cahaya rendah memiliki akar yang lebih kecil, jumlahnya sedikit dan tersusun dari sel yang berdinding tipis. Hal ini terjadi akibat terhambatnyatranslokasi hasil fotosintesis dari akar. Ruas batang tanaman lebih panjang tersusun dari sel-sel berdinding tipis, ruang antar sel lebih besar, jaringan pengangkut dan penguat lebuh sedikit. Daun berukuran lebih besar, lebih tipis dan ukuran stomata lebih besar, sel epidermis tipis, tetapi jumlah daun lebih sedikit, ruang antar sel lebih banyak (Fahn. A.  l992).

RESUME
Hubungan Sifat Morfofisiologis Tanaman dengan Hasil Kedelai

Karakter morfofisiologis tanaman, termasuk ketebalan daun dan laju pertumbuhan tanaman, merupakan karakteristiktanaman yang diperkirakan mempengaruhi tingkat produktivitas karena dapat mempengaruhi kecepatan proses fotosintesis.Laju pengisian biji yang tinggi dan berlangsung relatif lama akan menghasilkan bobot biji yang tinggi selama biji sebagai sink dapat menampung hasil asimilat. Sebaliknya, bila sink cukup banyak tetapi hasil asimilat rendah mengakibatkankehampaan biji. Keterbatasan source sering terjadi pada periode pengisian biji kedelai, tetapi keterbatasan sink terjadi dalam kondisi tanpa cekaman (Egli 1999).

Hasil Penelitian
Luas spesifik daun (SLA) adalah perbandingan luas daun dengan berat daun yang apabila semakin besar nilainya mengindikasikan daun semakin tipis. Hasil analisis data SLA menunjukkan adanya perbedaan antarvarietas  (Tabel 1).

























































Varietas yang menghasilkan bobot biji kedelai relatif tinggi adalah Tanggamus, Kipas Putih, Cikuray, dan Slamet. Empat varietas tersebut memiliki SLA 178,1-259,1 cm2/g. Daun paling tebal dimiliki oleh varietas Cikuray dengan SLA 178,1 cm2/g dan yang paling tipis dimiliki varietas Burangrang dengan SLA 260,5 cm2/g.
LMR merupakan indikator kapasitas source untuk menghasilkan fotosintat dari tanaman. Varietas Tanggamus yang menghasilkan biji relatif tinggi memiliki LMR yang nyata lebih rendah daripada varietas Cikuray dan Burangrang. Namun bobot biji varietas Burangrang nyata lebih rendah daripada varietas Tanggamus, tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Cikuray. Varietas Galunggung yang menghasilkan bobot biji relatif rendah juga memiliki LMR yang tidak berbeda nyata dengan varietas Tanggamus.
LAR merupakan indikator besarnya rasio kapasitas source dengan total hasil fotosintat. Varietas Burangrang memiliki LAR tinggi (106,7 cm2/g) dan berbeda nyata dengan semua varietas yang diuji, kecuali Galunggun dan Galur I.18.LAR merupakan rasio luas daun dengan bobot tanaman yang memiliki korelasi negatif nyata dengan bobot biji. Hal ini mengindikasikan makin luas daun makin rendah bobot biji.
Hal ini menunjukkan bahwa makin lama umur panen cenderung makin banyak total hasil fotosintat yang dialokasikan ke dalam biji kedelai. Ketebalan daun juga mempengaruhi hasil fotosintattanaman. SLA sebagai indikator ketebalan daun menunjukkan semakin tebal daun cenderung menghasilkan biji semakin banyak (Aggarwal 1995). Namun data menunjukkan adanya korelasi positif yang sangat lemah antara SLA dengan bobot biji. Hal ini sama dengan yang diperoleh Morrison et al. (1999) yang meneliti kedelai varietas berumur genjah.









































DAFTAR PUSTAKA


Sitompul,S.M. dan  B.Guritno . 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta :Gadjah Mada University Press.

Fahn. A.  l992 Anatomi Tumbuhan. .Jakarta : PT Gramedia.

Susilo H. 2008. Fisiologi Tanaman Budidaya. Jakarta : universitas Indonesia Press.