LAPORAN
PARKTIKUM
ZAT PENGATUR TUMBUH
PENGARUH GIBERELIN TERHADAP
PERTUMBUHAN AKAR TANAMAN
NOVITA ANANDA
SAIPUL ANWAR
SITI
MASTIKA DEWI
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN, PERIKANAN DAN BIOLOGI
UNIVERSITAS
BANGKA BELITUNG
2017
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hormon
tumbuhan atau fitohormon adalah zat pengatur yang dihasilkan oleh tumbuhan yang
dalam konsentrasi rendah mengatur proses - proses fisiologis dalam tubuh tumbuhan (Heddy 1996). Sedang pengatur
tumbuh merupakan senyawa - senyawa organik selain nutrisi, baik yang dihasilkan sendiri oleh
tumbuhan maupun senyawa - senyawa kimia sintetik yang dalam jumlah kecil memacu, menghambat atau
sebaliknya mengubah beberapa proses fisiologis dalam tumbuhan.
Pertumbuhan
dan perkembangan pada pertumbuahan merupakan hasil interaksi yang kompleks
antara tiga pengaruh atau faktor, yang meliputi faktor intraseluler dan lingkungan (Basri, Zainuddin, dan Syakur 2013).
Bentuk dan ukuran tumbuhan banyak ditentukan oleh faktor herediritas. Gen berpangarah
pada setiap struktur tumbuhan dan juga terhadap perkembangannya. Faktor heredisitas inilah
yang merupakan faktor intraseluler, sedangkan fakktor interseluler adalah hormon (Aini, Tampubolon dan Dadan 1999).
Keberhasilan Pertumbuhan,
perkembangan, dan pergerakan tanaman dikendalikan atau dipengaruhi oleh beberapa golongan zat yang secara umum
dikenal sebagai fitohormon atau dikenal
juga dengan istilah zat pengatur tumbuh (ZPT). Zat
pengatur tumbuh merupakan senyawa organik bukan nutrisi yang dalam konsentrasi
yang rendah dapat mendorong, menghambat atau secara kualitatif mengubah
pertumbuhan dan perkembangan tanaman
(Harjadi 2009). Salah satu zat pengatur tumbuh yang sering digunakan adalah
giberelin yang banyak berperan dalam mempengaruhi berbagai proses fisiologi
tanaman.
Giberelin
berperan dalam pembentangan dan pembelahan sel, pemecahan dormansi biji
sehingga biji dapat berkecambah, mobilisasi endosperm cadangan selama
pertumbuhan awal embrio, pemecahan dormansi tunas, pertumbuhan dan perpanjangan
batang, perkembangan bunga dan buah, pada tumbuhan roset mampu memperpanjang
internodus sehingga tumbuh memanjang (Azzami 2015) . Wattimena (1992)
menyatakan giberelin eksogen yang umum digunakan dan tersedia di pasaran adalah
GA3 (giberelin- 3), yang dikenal juga dengan nama asam giberelat.
Auksin mempunyai fungsi memacu pertumbuhan tanaman,
terutama pada tanaman berkayu. Namun demikian, pengaruh auksin mempunyai batas
konsentrasi, dimana pada konsentrasi rendah giberelin akan memacu pembentukan dan pertumbuhan
akar dan pada konsentrasi tinggi
justru akan menghambat pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman. Pada
praktikum ini akan didemonstrasikan pengaruh giberelin terhadap pertumbuhan tanaman dengan masa waktu setelah aplikasi.
1.2
Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini yaitu untuk mengetahui
pengaruh zat pengatur tumbuh giberelin terhadap pertumbuhan stek tanaman lada, buah naga, mawar dan lidah mertua.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hormon tumbuh
(auksin) merupakan hormon yang bereaksi dengan bahan kimia lain pada tumbuhan.
Auksin disusun pada jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman, seperti
tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan juga pada ujung akar(Aryulianaet al1999). Fungsi auksin bukan hanya menambah kegiatan pembelahan sel pada
jaringan meristem melainkan berupa pengembangan sel-sel yang ada di daerah
belakang meristem. Sel-sel tersebut menjadi panjang dan banyak berisi air.Auksin
mempengaruhi pengembangan dinding sel yang mengakibatkan berkurangnya tekanan
dinding sel terhadap protoplas (Heddy 1990).
Auksin
merupakan senyawa yang zat digunakan sebagai perangsang dalam pertumbuhan dan
perkembangan akar dimana zat ini secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi pemanjangan akar dan ini semua dapat dilakukan dengan
beberapa cara dan metode yang dapat dilakukan (Simpson 1980). Istilah pengatur
pertumbuhan tanaman meliputi kategori luas yaitu substansi organik dalam jumlah
sedikit merangsang, menghambat, atau sebaliknya mengubah proses fisiologis(Dwidjoseputro1986).
Auksin sintetik diperlukan karena jaringan dipisahkan dari sumber auksin alami.
Perangsang pertumbuhan sintetik, dalam campuran yang tepat, merangsang kalus
(pembentukan massa sel yang tidak terdiferensiasi), diferensiasi organ, dan
morfogenesis seluruh tanaman dari satu sel parenkima(Gardner et al 1991).
Bersamaan
dengan itu terjadi pula perubahan-perubahan dalam pola pertumbuhan, sehingga
akhirnya terbentuklah akar, batang, daun, bunga dan bagian-bagian lain dari
tumbuhan. Faktor-faktor lingkungan seperti cahaya dan suhu berinteraksi dengan
fitohormon dan proses-proses kimia selama tumbuh dan deferensisasi berlangsung
(Prawirnata1989).
Secara teori
yang kami baca, bahwa konsenterasi auksin yang tinggi dapat merangsang
pertumbuhan batang, tetapi sebaliknya dengan konsenterasi tersebut menghambat
pertumbuhan akar. Tinggi rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan
tumbuh kembang, reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Suhu yang
baik bagi tumbuhan adalah antara 22 derajat celcius sampai dengan 37 derajad
selsius. Temperatur yang lebih atau kurang dari batas normal tersebut dapat
mengakibatkan pertumbuhan yang lambat atau berhenti. Kadar air dalam udara
dapat mempengaruhi pertumbuhan serta perkembangan tumbuhan. Tempat yang lembab menguntungkan
bagi tumbuhan di mana tumbuhan dapat mendapatkan air lebih mudah serta
berkurangnya penguapan yang akan berdampak pada pembentukan sel yang lebih
cepat.
Sinar matahari
sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk dapat melakukan fotosintesis (khususnya
tumbuhan hijau). Jika suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, maka tanaman
itu bisa tampak pucat dan warna tanaman itu kekuning-kuningan (etiolasi). Pada
kecambah, justru sinar mentari dapat menghambat proses pertumbuhan.Hormon pada
tumbuhan juga memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan seperti hormon auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon
giberelin untuk pemanjangan dan pembelahan sel.
Keberhasilan
suatu tanaman dalam pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor genetikdan faktor
lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan pewarisan sifat tanaman yang
berasal dari tanaman induknya sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan
kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh (Gardner et al 1991).Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat
keberhasilan stek adalah penambahan zat pengatur tumbuh sintetis. ZPT akan
merangsangpertumbuhan suatu tanaman dalammembantu pembentukan fitohormon yang
ada didalam tanaman dan menggantikan fungsi dan peran hormon.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan adalah faktor internal dan faktor eksternal,
faktor internal terdiri dari laju fotosintesis, respirasi,differensiasi dan
pengaruh gen, sedangkan faktor eksternal meliputi cahaya,suhu, air, bahan
organic, dan ketersediaan unsur hara.Terpenuhinya faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan maka proses fotosintesis akan berlangsung dan
menghasilkan fotosintat yang berfungsi untuk proses pertumbuhan tunas dan akar
(Gardner et al. 1991).Persentase
tanaman berakar menunjukkan tingkat keberhasilan perbanyakan stek.
Pembentukan
akar pada suatu tanaman dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat serta keseimbangan
hormon auksin dalam bahan tanam (Sudomoet et al.2007).Banyaknyaakarsuatu tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan
tanaman. Mahadietal.(2013), menyatakan penambahan NAA dan Kinetin terhadap pertumbuhan eksplan buah naga
menduga adanya interaksi antara auksin dan sitokinin mengakibatkan tanaman
dapatmengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah akar dan
jumlah tunas.Panjang akar akan berpengaruh terhadap kemampuan suatu tanaman
dalam mendapatkan makanan didalam tanah.
Pemberian
hormon pengatur tumbuh pada stek dapat membantu menigkatkan pertumbuhan
tanaman.Menurut Aini etal.(1999), menyatakan bahwa fisiologis hormon endogen (auksin) dapat membantu
mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel, diferensiasi jaringan xylem dan
floem, dan pembentukan akar.Munculnya tunas merupakan awaldari pertumbuhan
suatu tanaman.Akar merupakan pusat metabolisme suatu tanaman untuk pembentukan
organ baru tanaman yang dipengaruhi oleh adanya interaksi antara hormon endogen
dan hormon eksogen dalam tanaman buah naga sehingga mampu menghasilkan tunas
baru.
Samudin (2009),menyatakan kombinasi
Auksin dan sitokinindalam pertumbuhan buah naga menunjukkan bahwa keseimbangan
sitokinin dan auksin menyebabkan terjadinya pembelahan sel yang menstimulasi
pembentukan tunas, duri, dan akar buah naga. Menurut pendapat Hidayantoet al.(2003),kandungan karbohidrat yang
terdapat pada bahan stek merupakan faktor utama untuk perkembangan primordial
tunas dan akar, dengan cadangan makan yang cukup maka stek akan mampu membentuk
tunas baru. Persentase tanaman bertunas menunjukkan akumulasi pertumbuhan suatu
tanaman.
Pada dasarnya
tanaman dalam pertumbuhan dan perkembangannya memiliki waktu berbeda-beda
tergantung dari kemampuan tanaman tersebut untuk melakukan pertumbuhan serta
faktor eksternal yang mempengaruhinya. Banyaknya tunas pada suatu tanaman
menunjukkan kemampuan tanaman dalam membentuk organ baru. Proses metabolisme
dalam tanaman dipengaruhi beberapa faktor baik faktor dari dalam tanaman
semisal kondisi bahan tanam dan kandungan senyawa dalam tanaman, sedangkan
faktor dari luar tanaman meliputi zat pengatur tumbuh serta kondisi lingkungan
semisal suhu, intensitas cahaya, ataupun kelembaban.
Basri,
Zainuddin,
dan Syakur (2013)menyatakan bahwa Faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tunas ialah kondisi
lingkungan yang mendukung, seperti kelembaban yang cukup akan mempercepat
tumbuh tunas.Panjang tunas akan mempengaruhi berat suatu tanaman. Penambahan
hormon pengatur tumbuh dapat mengontrol perkembanagan jaringan meristem
sehingga akan berakibat pemanjangan sel, dengan penambahan konsentrasi zat
pengatur tumbuh yang sesuai dapat membantu pertumbuhan tanaman karena hormon
tumbuh merupakan salah satukomponen yang dibutuhkan dalam proses pertumbuhan
tanaman selain karbohidrat dan nitrogen. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat
Mashudi, Setiadi, dan Ariani(2008), bahwa cadangan zat makanan yang terdapat
didalam organ stek merupakan penumpukan hasil fotosintesa. Auksin eksogen mampu
memicu pembelahan,pembesaran,dan pemanjangan sel, apabila pemberiannya berada
pada batas konsentrasi optimum.
III. METODE
PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Percobaan pengaruh pengaruh giberelin terhadap terhadap
pertumbuhan tanaman dilakukan pada hari Senin, tanggal 6 Maret 2017 sampai
dengan 3 April 2017 di Kebun Percobaan Agroteknologi, Fakultas pertanian
Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu hand spayer, kertas label, dan ATK. Bahan yang digunakan yaitu 2
polybag bibit lada, 2 polybag bibit buah naga, 2 polybag bibit lidah mertua, 2
polybag bibit mawar dan rebung bamboo betung.
3.3 Cara Kerja
Pembuatan ekstrak bamboo betung:
1.
Merebus 1 kg
rebung bamboo yang sudah dicacah dengan air sebanyak 1 liter hingga matang.
2.
Memblender
rebung beserta air rebusannya dan ditambahkan air lagi sebanyak 1 Liter.
3.
Memisahkan
ekstrak rebung dan ampasnya sehingga diperoleh ekstrak sebanyak 2.2 Liter yang
kemudian digunakan sebagai bahan dasar dosis perlakuan.
Cara aplikasi untuk tanaman:
1.
Larutan rebung
bamboo yang digunakan dibuat dengan dosis 20 ml/L.
2.
Memberikan
larutan sebanyak 10 ml untuk masing - masing sample pada tiap kalipengamatan:
1)
1 polybag bibit
lada;
2)
1 polybag bibit
buah naga;
3)
1 polybag bibit
lidah mertua; dan
4)
1 polybag bibit
mawar.
Keterangan:
Aplikasi
dilakukan 1 kali seminggu; sisa sampel bibit tanaman digunakan sebgai kontrol;
bibit buah naga hanya disisakan satu tunas.
3.
Melakukan
pengamatan dan perawatan setiap hari.
4.
Mengamati masing
- masing laju pertumbuhan bibit tanaman
setiap minggu hingga pada minggu ke empat.
5.
Mengamati bagian
akar masing - masing bibit tanaman pada minggu ke empat dari setiap perlakuan.
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel hasil 1. Data
pengamatan selama 2 minggu setelah aplikasi.
Hari
(MSA)
|
Lada
|
Buah Naga
|
Lidah
Mertua
|
Mawar
|
|||
PT
|
PD
|
PT
|
PT
|
T
|
PT
|
PD
|
|
1
|
11
|
1
|
19
|
24
|
4
|
0
|
0
|
2
|
9,4
|
2
|
18
|
26
|
10
|
41
|
16
|
Keterangan: MSA = Minggu setelah
aplikasi
PT =
Pertambahan tinggi
PD =
Pertambahan jumlah daun
T =
Panjang tunas
4.2 Pembahasan
Praktikum pengaruh auksin pada
pertumbuhan akar tanaman dilakukan dengan memberikan perlakuan penambahan ZPT
auksin sintetis dengan merek dagang Root-Up. Tanaman sampel yang digunakan
yaitu organ bagian tengah dari tanaman buah naga yang diperbanyak dengan cara
stek. organ stek yang telah diotong kemudian dicelupkan ke dalam alkohol 75%
agar steril. Auksin sintetis yang digunakan diformulasikan dalam bentuk pasta
dan dioleskan pada bahan stek buah naga. Organ perbanyakan stek tersebut
kemudian ditanam pada media campuran top
soildan pupuk organik dalam polybag dengan perbandingan 1:1. Tanaman sampel
tersebut kemudian diamati pertumbuhan tunasnya dengan rentan waktu satu hari
sekali sekaligus dengan perawatan berupa penyiraman.
Hasil pengamatan menunjukkan parameter
pertumbuhan tunas menunjukkan nilai 0 (nol). Hasil tersebut menunjukkan tidak
ada pertumbuhan tunas pada organ stek tanaman buah naga pada praktikum yang
dilakukan hingga umur stek 4 minggu. Hal ini terjadi diduga akibat konsentrasi
aplikasi auksin yang terlalu banyak, sehingga fungsi auksin dalam menghambat
pertumbuhan tunas lebih mendominasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fetter
(1998) bahwa auksin berfungsi dalam proses pembesaran sel, menghambat mata
tunas samping, berperan dalam pengguguran daun dan berperan dalam pertumbuhan
akar. Selain itu, kualitas bahan stek juga mempengaruhi viabilitas pertumbuhan
tunasnya. Bahan stek yang digunakan diduga memiliki mata tunas dengan
viabilitas pertumbuhan yang rendah sehingga tidak mampu membentuk
tunas baru pada bahan stek yang digunakan.
Hasil pengamatan juga menunjukkan jumlah
akar pada perlakuan auksin 2 akar dan terdapat 9 akar pada perlakuan kontrol.
Hal ini menunjukkan parameter jumlah akar lebih tinggi pada perlakuan kontrol
dari perlakuan dengan auksin. Hal ini terjadi diduga disebabkan penggunaan
dosis auksin yang terlalu tinggi pada perlakuan dengan zat pengatur tumbuh
(ZPT). ZPT auksin diketahui sebagai hormon yang bersifat promotor atau memacu
pertumbuhan akar, namun pada dosis tertentu hormon auksin dapat menghambat
pertumbuhan akar tanaman. Hal ini sesuai dengan Irda (2009) bahwa pada
konsentrasi 0,1 hingga 10 ppm hormon auksin diketahui mampu merangsang
pertumbuhan akar dan pada konsentrasi 100 ppm pertumbuhan akar tanaman
terhambat. Selain itu, diduga konsentrasi auksin pada organ stek telah tersedia
dalam jumlah yang cukup sehingga pertumbuhan akar lebih baik.
Kondisi lingkungan diduga juga menjadi
faktor dalam keberhasilan stek yang dilakukan. Penambahan auksin tidak mampu
memberikan pengaruh yang baik ketika kondisi lingkungan di sekitar tanaman
tidak mendukung. Faktor lingkungan tersebut dapat berupa suhu, kelembaban dan
ketersediaan air. Faktor tersebut saling berkaitan satu sama lain dalam
mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Suhu lingkungan yang terlalu tinggi dapat
menghambat aktifitas enzimatik pada tumbuhan. Suhu yang tinggi juga dapat
menurunkan kelembaban udara dan mempercepat laju evapotranspirasi. Kondisi
lingkungan tersebut diketahui tidak mendukung bagi pertumbuhan tanaman. Laju evapotranspirasi
yang tinggi dan tidak diimbangi dengan suplai air yang cukup dapat menyebabkan
tanaman mengalami dehidrasi dan kematian pada sel-sel tanaman tersebut.
V. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hormon giberelin dapat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman serta aplikasi hormon giberelin dengan dosis yang
terlalu tinggi dapat menghambat pertumbuhan akar tanaman. Namun hal tersebut belum bisa dikatakan secara nyata
karena data pendukung pada percobaan ini masih belum lengkap.
DAFTAR PUSTAKA
Aini NM, Tampubolon
dan Dadan G. 1999. Pengaruh Macam Ruas batang danKonsentrasi Rootone F terhadap
Keberhasilan dan Pertumbuhan Stek Bambu Jepang (Dracaena godseffiana) Kultivar Mawar. Jurnal Hortikultura. 11(109): 48-58.
Azzami. 2015. Zat Pengatur Tumbuh. http://mitalom.com/apa-itu-zat-pengatur-tumbuh-zpt/ [Diakses 01 Mei 2017].
Basri H, Zainuddin, dan Syakur.
2013. Aklimiatisasi Bibit Tanaman Buah
Naga (Hylocereus undatus) pada
Tingkatan Naungan Berbeda. Jurnal
Agrotekbis. 1(4):339-345.
Harjadi SS. 2009. Zat Pengatur
Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Heddy S.
1996. Hormon Tumbuhan. Jakarta: CV. Rajawali.
Wattimena GA. 1992. Bioteknologi Tanaman.
Bogor: PAU
Bioteknologi IPB.
LAMPIRAN
Keterangan:
a) lada,
b) lidah mertua,
c) buah naga,
dan
d) mawar.